Merdeka Belajar
Ability is nothing without opportunity
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7G7Ei7kzxIDE1zqpuChThPp-glTHmmNniaFfvLdQTO-We2-dJDTrnq_9EefyHGR4Qo7j1C89CO8usb_DcYhrh18HIoPf0IKb5JQ8wfB97M3sdLXgtjH7XmVdwoX-hUcs7US-rLyZPUhvZ/s1600/m1.png)
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.
Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.
Tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia, lepas dari berbagai tekanan. Seringkali guru, siswa, bahkan orang tua merasakan tekanan berat ketika berhadapan dengan pembelajaran. Mulai beban administrasi, prestasi, nilai, kesejahteraan, keuangan, sampai hubungan interaksi pendidikan yang kurang baik. Dengan konsep Merdeka belajar kebebasan berpikir dan terutama esensi kemerdekaan berpikir yang harus dimulai dari guru akan memberikan pengaruh pada proses pendidikan yang secara otomatis berimbas pada murid dimana akan mencipatakan generasi yang kreatif, kompeten dan berbudi luhur.
“Ilmu itu Ibarat Air Jika Ia Tidak Bergerak, Menjadi Mati Lalu Membusuk”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtXZ__0PQiTN5-Hy8dCapH2EjRKduyBkDWLAw5JsiQHxquhrexk35jrz_fUTI8ickeR0gVUNtG2QslB9SyVZj4jJl29HvufyifVWXOMdx8X1kXK6z7ARfNGINOE3iU3MHMpc99FDKed2Eg/s1600/m2.png)